Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya merupakan buku kumpulan tulisan nonfiksi pertama Dea Anugrah. Buku ini pertama kali terbit pada 2019 dan diterbitkan ulang oleh Shira Media pada 2021 bersamaan dengan buku kumpulan tulisan nonfiksi terbarunya, Kenapa Kita Tidak Berdansa?. Esai-esainya ditulis dalam rentang 2016-2018 dan membicarakan tentang banyak perkara, mulai dari perang sampai industri pisang, dari kesedihan kolektif sebuah bangsa hingga seni membikin senang bagian-bagian tubuh tertentu.
Kenapa Kita Tidak Berdansa? merupakan buku kumpulan tulisan nonfiksi terbaru Dea Anugrah. Esai-esainya ditulis dalam rentang 2012-2021. Buku ini juga bisa disebut sebagai “sekuel” dari buku kumpulan tulisan nonfiksi pertamanya, Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya. Berbeda dari buku kumpulan tulisan nonfiksi pertamanya, buku ini memuat lebih banyak esai personal. Dea Anugrah membicarakan sejarah, politik, kota, dan lain-lain sebagai perkara-perkara menarik yang dekat dan sehari-hari. Ia seperti teman lama yang kita undang ke rumah malam-malam untuk bercerita. Kisah-kisahnya memikat dan kita ingin terus mendengarkan sampai terang, baik di luar rumah maupun di dalam diri kita.
Kentut Kosmopolitan merupakan kumpulan kolom yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma. Buku ini merupakan sekuel dari buku Affair: Obrolan Urban yang sudah terbit pada awal tahun 2020.
Dari segi isi tentu kolom-kolom yang ditulis Seno Gumira Ajidarma sangatlah menarik. Walaupun buku ini dulu pernah diterbitkan, namun pada edisi kali ini atau yang disebut edisi kedua ini banyak dilakukan pembaruan agar konteks yang dibicarakan tetap sesuai dengan keadaan sekarang. Selain itu pada edisi kedua ini juga terdapat penambahan kolom yang tidak terdapat pada edisi sebelumnya.
Dalam presale kali ini, Anda akan mendapat bonus Komik 'Percakapan di Ruang Tunggu'. Komik hasil kolaborasi antara Seno Gumira Ajidarma dengan ilustrator Sheila Rooswitha Putri.
Sebagian isi buku ini tentang pandemi yang sama-sama sedang kita alami. Puthut EA sebagaimana Anda, telah kehilangan banyak hal dalam pandemi ini. Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan sebuah komentar ringan yang hadir untuk merespons, mengusik, mencari tahu, dan bertanya-tanya atas segala hal yang terjadi di sekitar penulis. Sebab manulis di saat seperti ini adalah sebuah bentuk untuk tetap menjaga kewarasan.
Kecemasan akan masa depan pendidikan sudah berkali-kali dinyatakan oleh para pemikir (pendidikan). Sinisme, satire, dan kredo yang menohok kenyataan praktik-praktik
Tulisan-tulisan di sini diambil dari empat buku kumpulan esai sastranya Contra viento y marea, La verdad de las mentiras, El lenguaje de la pasión, La civilización del espectáculo; ditambah dengan pidato penerimaan Hadiah Nobel Sastra.
Buku ini terasa istimewa karena memberi pembaca pandangan lain kala menikmati budaya pop. Daripada memandang budaya pop sekadar sebagai sesuatu yang dinikmati “iseng-iseng”, pembaca diajak untuk mengamati lebih jauh dan menggali lebih dalam. Setelah menyelesaikan buku ini, pembaca akan menonton dengan kesadaran yang baru.
Bukan maksud para penulis di buku ini untuk menjadi yang paling tahu. Mereka sekadar memberitahu, sudah lama melalui karya mereka dan kini—dalam buku ini—melalui esai-esai mereka tentang dunia kepenulisan. Maka dari itulah, gatra-gatra tentang tulisan dalam kumpulan esai ini pun hadir dengan beragam perspektif. Bahkan, latar belakang “disiplin-kerja” mereka secara “ilmiah” pun beraneka.