Ini baru kamu, Wani!
Begitulah kata yang ingin saya sampaikan kepada Wani, usai saya membaca puisinya dalam kumpulan ini. Tetapi buru-buru saya akan menambahkan sebuah keterangan bahwa saya mengartikan ke-Wani-an dalam puisi ini bukan bermaksud mengingkari biografi masa silamnya. Saya cenderung mengartikan puisi ini sebagai pembuktian bahwa keseriusannya untuk terjun ke dalam larik-larik sajak memang benar-benar berasal dari kesungguhan niat. Dan pastinya bukan semata karena bapaknya seorang penyair.
Ori!
SASTRA UNTUK TARENDRA
“… Ada sentuhan khas Wani yang tidak ingin goresan tintanya berakhir menggantung ….”
—Fiersa Besari , Musisi, Penulis, Petualang.
“… Barangkali ini memang zaman baru, di mana kita bisa jadi remaja lebih lama dan boleh galau karena cinta. Sajak-sajak ini sungguh pantas menjadi lirik lagu. Seperti yang ini: Setiap nafasku/ Adalah sajak yang belum kukemas/ Dan kau adalah oksigen/ Yang membuatnya terus ada ….”
—Ayu Utami, Penulis.
“… Dalam buku ini, Wani adalah Wani dengan kata-katanya sendiri yang tumbuh dan mekar dalam dunia dan masanya sendiri.”
—Bagus Dwi Danto/Sisir Tanah, Musisi.
Berat | 0.2 kg |
---|---|
Dimensions | 13 x 19 x 0.6 cm |
Penulis |
Fitri Nganthi Wani |
Penerbit |
Shira Media |
Review Buku
Belum ada yang mereview buku ini.